Keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa
Kondisi politik dalam negeri Inggris dan negara britania raya lainnya yang cukup menjadi persoalan di beberapa tahun terakhir membuahkan keputusan yang cukup besar. Perpecahan pandangan politik antara politisi, pemerintah dan warga britania raya sendiri dalam banyak hal memunculkan perbedaan pendapat yang tajam. Berbagai permasalahan yang muncul di negara-negara Eropa termasuk negara Britania Raya mengharuskan pemerintah membuat keputusan berani yang dianggap sebagai solusi.
Masalah-masalah yang mengemuka di dataran Eropa seperti masalah kedaulatan demokrasi, imigrasi, pemerataan ekonomi dan sebaran lapangan kerja menjadi salah satu penghalang terwujudnya pertumbuhan ekonomi. Dominasi negara-negara tertentu di kalangan negara anggota Uni Eropa membuat beberapa anggota yang lain merasa mendapat kerugian dari banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa sendiri. Hal tersebut memicu perpecahan di kalangan politisi dan masyarakat di setiap negara-negara tersebut. Tak terkecuali di Britania Raya, masalah-masalah yang muncul kemudian dikerucutkan menjadi wacana untuk keluar dari keangotaan Uni Eropa. Hal itu kemudian dipopulerkan dengan istilah Brexit.
Brexit
Wacana tentang urgensi bagi negara-negara Britania Raya untuk mencabut keanggotaannya dijadikan dasar untuk melakukan referendum. Adanya referendum yang sering dikenal dengan istilah Brexit (British Exit) ini menjadi salah satu keputusan yang dianggap kontroversial. Ada banyak hal yang dipertaruhkan dari setiap kemungkinan hasil referendum tersebut.
Meskipun dihadang dengan berbagai macam pendapat yang mendukung dan menolaknya, referendum Brexit pun dilakukan pada 23 Juni 2016. Hasil yang didapat menggambarkan bahwa rakyat Britania Raya sebagian besar menginginkan keluar dari Uni Eropa dengan jumlah kemenangan yang cukup tipis, berada di angka 1.89%.
Hasil kemenangan referendum Brexit juga tidak serta merta menyelesaikan masalah di Britania Raya. Proses keluarnya Britania Raya memerlukan waktu yang lama untuk benar-benar menyelesaikan urusannya dengan Uni Eropa. Beberapa negara Britania Lain juga tidak sepaham dengan suara tersebut. Skotlandia dan Irlandia Utara lebih memilih untuk bertahan di Uni Eropa. Efek yang paling konkrit adalah melemahnya nilai tukar mata uang Poundsterling yang masih terjadi hingga sekarang ini, hampir setahun setelah referendum tersebut.
JIka dilihat dari pespektif lain, sebenarnya negara Britania Raya memiliki andil yang cukup besar dalam kehidupan di Eropa dalam berbagai aspek. Kebudayaan modern di Eropa cukup dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Britania Raya di segala aspek, mulai dari gaya hidup, gaya berpakaian, music hingga arsitektur bangunan pun tetap masih lekat dari pengaruh Britania Raya. Adanya referendum Brexit belum terlihat memiliki pengaruh yang cukup signifikan akan hal tersebut.